Soeharto atau yang biasa dikenal rtp live oleh masyarakat Indonesia adalah Presiden Republik Indonesia yang kedua. Soeharto merupakan Presiden yang paling lama menjabat yaitu 32 tahun.

Pada saat itu, pemerintahan yang dipimpin oleh Soeharto banyak sekali penyimpangan atau hal-hal yang tidak boleh dilakukan di berbagai bidang, seperti banyaknya korupsi, kolusi, dan nepotisme. Karena penyimpangan-penyimpangan yang terjadi pada masa pemerintahan Soeharto maka Indonesia mengalami krisis ekonomi.

Semua hal-hal yang berlangsung pada masa pemerintahan Soeharto sanggup dijadikan pelajaran untuk pemerintahan yang bakal datang. Soeharto bakal menjadi tokoh yang miliki banyak cerita di masa hidupnya, baik itu mengenai keluarga, Indonesia, dan tetap banyak lagi.

Bukan hanya itu, di mata dunia, Soeharto termasuk miliki cerita yang fenomena. Simak ulasan tersebut mengenai biografi singkat Soeharto jadi dari masa kecil hingga menjadi Presiden.

1. Masa Kecil Soeharto

Soeharto merupakan seseorang yang lahir di Yogyakarta, lebih tepatnya di desa Kemusuk, Argomulyo. Soeharto lahir pada tanggal 8 Juni 1921. Ketika lahir, Soeharto dapat dikatakan sebagai keluarga yang tidak cukup mampu.

Soeharto adalah seorang anak yang lahir dari papa yang bernama Kertosudiro dan ibu yang bernama Sukirah. Ayah Soeharto merupakan seorang petani di desanya dan seorang pembantu lurah didalam mengairi persawahan desa.

Saat Soeharto belum berusia 40 hari, sang ibu menitipkan anaknya kepada kakek atau Mbah Kromo. Nama asli Mbah Kromo adalah Kromodiryo yang di mana ia merupakan seorang dukun bayi yang mendukung proses kelahiran Soeharto.

Soeharto tinggal di tempat tinggal Mbah Kromo dapat dibilang cukup lama sekitar empat tahun. Selama empat th. itulah, Soeharto dapat merasakan dan meraih kasih sayang seperti orang tua yang diberikan oleh Mbah Kromo. Dari tempat tinggal Mbah Kromo juga, Soeharto dapat belajar berdiri apalagi hingga dapat berjalan.

Saat masih anak-anak, Soeharto kerap sekali diajak Mbah Kromo pergi ke sawah. Soeharto amat suka gara-gara ketika di sawah ia dapat bermain membalik-balikkan, beri tambahan perintah kepada kerbau ketika membajak sawah.

Soeharto lihai beri tambahan instruksi seperti maju, belok kiri, belok kanan, dan ia termasuk amat suka bermain air dan mandi di atas lumpur. Selain itu, perihal yang paling suka ia laksanakan adalah mencari dan menangkap belut atau ikan. Oleh gara-gara itu, hingga bersama masa tuanya, Soeharto masih amat gemar atau punyai hobi memancing ikan.

Orang tua Soeharto berpisah, sesudah itu ibu Soeharto (Sukirah) menikah ulang bersama seorang laki-laki yang bernama Atmopawiro dan punyai tujuh orang anak. Sedangkan, papa kandung Soeharto (Kertosudiro) termasuk menikah ulang dan mempunyai empat orang anak.

Setelah sekian lama atau tidak cukup lebih sepanjang empat th. tinggal bersama di tempat tinggal Mbah Kromo, sang ibu Soeharto (Sukirah) mengambil alih anaknya dan dibawa pulang ke tempat tinggal papa tiri Soeharto (Atmopawiro).

Terkadang lebih dari satu kali, papa kandung Soeharto datang untuk memandang kondisi anaknya. Hingga pada suatu waktu, Soeharto amat suka kehadiran papa kandungnya gara-gara dibawakan seekor kambing.

2. Pendidikan Soeharto

Saat berusia delapan tahun, Soeharto baru masuk sekolah dasar, tetapi ia lebih dari satu ubah sekolah. Pada awal masuk sekolah, Soeharto bersekolah di Sekolah Dasar (SD) Puluhan, Godean. Namun, dikala ibu dan ayah tirinya ubah tempat tinggal ke Kemusuk Kidul maka Soeharto juga ubah sekolah ke Sekolah Dasar (SD) Pedes.

Kekhawatiran Kertosudiro (ayah kandung Soeharto) bakal masa depan anaknya maka ia menitipkan Soeharto kepada keluarga Prawirowihardjo yang bertempat tinggal di Wuryantoro, Purwodadi, Jawa Tengah

Prawirowiharjo merupakan suami berasal dari adik Kertosudiro atau adik ipar Kertosudiro. Prawirowiharjo merupakan seorang mantri tani dan ayahnya adalah seorang pebisnis yang udah tenar yaitu Sudwikatmono.

Saat tinggal bersama dengan bibi dan pamannya, Soeharto amat senang dikarenakan kerap diajak ke sawah oleh pamannya agar ia perlahan-lahan sanggup jelas seluk beluk tentang dunia pertanian. Untuk melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP), Soeharto menentukan untuk pulang ke kampung halamannya di Kemusuk.

Sekolah Menengah Pertama (SMP) Muhammadiyah di Yogyakarta merupakan lembaga pendidikan yang dipilih oleh Soeharto sehabis tamat Sekolah Dasar (SD). Untuk menempuh jarak ke sekolah, dikala berangkat dan pulang sekolah Soeharto manfaatkan sepeda yang hampir rusak.

Setelah tamat berasal dari SMP, Soeharto inginkan sekali melanjutkan pendidikannya ke jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA). Namun, dikarenakan suasana ekonomi keluarga dan keterbatasan ongkos yang dimiliki oleh orang tuanya membuat Soeharto wajib mengurungkan niatnya itu.

Soeharto sempat meraih dua surat panggilan kerja yang berjalan terhadap sekitar tahun 1939, surat pertama merupakan surat panggilan berasal dari bank dan surat kedua merupakan surat panggilan berasal dari lembaga ketentaraan. Dan kelanjutannya yang dipilih oleh Soeharto adalah berkarir di dunia militer.

3. Pernikahan Soeharto

Saat berusia 26 tahun, Soeharto menikahi Siti Hartinah yang berusia 24 tahun. Istri Soeharto merupakan putri berasal dari Soemoharjomo, wedana di Wuryantoro.

Soemoharjomo termasuk merupakan seorang pegawai Keraton Mangkunegaran, Surakarta. Pernikahan Soeharto dan Siti Hartinah terlaksana terhadap tanggal 26 Desember tahun 1947 dan dilaksanakan di Solo.

Sebenarnya, Soeharto dan Siti Hartinah waktu di Wuryantoro telah saling mengenal satu sama lain sejak tetap anak-anak. Soeharto termasuk orang yang pemberani lebih-lebih ia pernah dipuji oleh Siti Hartinah sebab keberaniannya itu.

Keberanian yang dilaksanakan oleh Soeharto berupa ia berani masuk ke dalam pekarangan rumah kewedanan hanya untuk menggoda Siti Hartinah. Ketika masuk ke pekarangan, Soeharto selamanya menuai bunga supaya disaat tersedia bunga yang rusak maka Siti Hartinah akan bilang terkecuali pelaku yang mengakibatkan kerusakan bunga adalah Soeharto.

Pernikahan yang berlangsung antara Soeharto dan Siti Hartinah mengimbuhkan enam orang anak yang terdiri dari tiga anak laki-laki dan tiga anak perempuan. Berikut nama anak-anak Soeharto, Siti Hardijanti Hastuti, Sigit Harjojudanto, Bambang Trihatmodjo, Siti Hediati Hariyadi, Hutomo Mandala Putra, dan Siti Hutami Endang Adiningsih.

Istri Soeharto membawa hubungan yang terlampau baik bersama wartawan supaya mampu dikatakan Siti Hartinah (Ibu Tien) terlampau akrab bersama wartawan.

Para wartawan akan segera hadir terkecuali diminta oleh Ibu Tien di Jalan Cendana, Jakarta. Sebelum menulis berita setiap wartawan akan diberikan pesan oleh Ibu Tien “Jangan hingga keliru ya… dalam meliput acara Pak Harto”. Hal itu sebab terhadap waktu itu, semua liputan dan hasil wawancara lebih banyak bersama tulis tangan atau mencatat langsung.

Istri sekaligus Ibu dari enam anak Soeharto meninggal terhadap tanggal 28 April 1996. Berdasarkan keterangan keluarga bahwa Ibu Tien meninggal sebab menderita penyakit jantung. Ibu Tien disemayamkan di Astana Giri Bangun, Karanganyar, Jawa Tengah.

4. Karir Militer Soeharto

Sebelum mengawali karir politiknya, Soeharto menjadi bagian dari lembaga ketentaraan yaitu TNI (Tentara Nasional Indonesia). Soeharto diangkat menjadi bagian TNI terhadap tanggal 5 Oktober 1945.

Saat menjadi bagian TNI, Soeharto diberikan tugas memimpin pasukan untuk melawan aksi-aksi militer Belanda yang mengupayakan untuk lagi menjajah Indonesia.

Pada tanggal 1 Maret 1949, nama Soeharto tambah dikenal oleh banyak orang karena ia berperan mutlak didalam serangan untuk menguasai kota Yogyakarta.

Kesuksesannya didalam menguasai Yogyakarta tidak sanggup lepas dari peran dan perjuangan masyarakat Indonesia didalam melawan pihak Belanda. Meskipun yang memimpin serangan ini Soeharto, namun penggagas dari serangan ini sebetulnya adalah Raja Yogyakarta, Gubernur, Militer, dan Menteri Pertahanan Sri Sultan Hamengkubuwono IX.

Soeharto berhasil menjadi seorang tentara dengan pangkat Brigadir Jenderal dan memimpin Komando Mandala yang bertugas untuk merebut lagi Irian Barat. Komando Mandala dijalankan terhadap th. 1961, dan dari Komando Mandala ini Soeharto meraih pengalaman yang sangat miliki nilai yaitu ia sanggup berkenalan dengan Mayor Ali Moertopo, Kapten L.B Moerdani, dan Kolonel Laut Sudomo. Ketiga orang itu merupakan orang-orang yang memiliki peran mutlak dan strategis.

Soeharto meraih kenaikan pangkat sehabis selesai mobilisasi tugas di Irian Barat dan lagi dari Indonesia Timur. Pangkat yang diperoleh Soeharto adalah Mayor Jenderal dan oleh Jenderal A.H. Nasution, ia ditarik ke markas besar ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia). Bukan cuma itu, terhadap th. 1962, Soeharto meraih kenaikan menjadi Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad).

ABRI khususnya Angkatan Darat di th. 1965 mengalami perpecahan atau konflik internal. Konflik internal ini disebabkan adanya paham Nasakom (Nasionalis, Agama, Komunis) yang digagas oleh Soekarno agar sebabkan TNI AD terpecah menjadi dua kubu, pertama, kubu sayap kiri, dan kedua, kubu sayap kanan.

Pada dini hari 1 Oktober 1965, berlangsung penculikan dan pembunuhan terhadap enam orang Jenderal. Kelompok yang menculik dan membunuh enam Jenderal itu mengaku sebagai kelompok Gerakan 30 September (G30S).

Semua kejadian itu berlangsung begitu cepat sampai nampak Surat Perintah 11 Maret (Supersemar) dari Presiden Soekarno yang berisi mengenai pertolongan kewenangan dan mandat kepada Soeharto untuk menyita dan pilih segala tindakan agar persoalan ini tertangani dan sanggup memulihkan keamanan dan ketertiban.

Sejak dikeluarkannya Surat Perintah 11 Maret (Supersemar) oleh Soekarno, jabatan Panglima Komando Panglima Komando Pemulihan Keamanan dan Ketertiban (Kopkamtib) dipegang oleh Soeharto.
Pada tanggal 27 Maret 1968, Soeharto dilantik oleh MPRS untuk menjadi Presiden Republik Indonesia. Dengan pelantikan ini maka menjadi tanda lahirnya masa pemerintahan Orde Baru.

5. Karir Politik Soeharto Sebagai Presiden Orde Baru

Sebenarnya Soeharto jadi menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia sejak tahun 1966, tetapi baru dilantik oleh MPRS terhadap tahun 1968. Dengan kata lain, Soeharto baru sah jadi Presiden Republik Indonesia yang ke-2 di tahun 1968. Pada awal jadi Presiden Republik Indonesia, Soeharto belum mempunyai wakil Presiden Republik Indonesia.

Sejak tahun 1973 hingga 1998, barulah Soeharto mempunyai Wakilnya. Simak ulasan tersebut perihal Wakil Presiden di masa pemerintahan Orde Baru atau masa di mana pemerintahan dipimpin oleh Soeharto.

Wakil Presiden pertama terhadap kepemimpinan Soeharto ialah Sultan Hamengkubuwono IX. Pada masa pemerintahan ini, Soeharto membentuk Kabinet Pembangunan I. Masa kerja terhadap Kabinet Pembangunan I adalah tanggal 6 Juni 1968 hingga 28 Maret 1973.

Pada masa pemerintahan ini, Panglima Komando Operasi Keamanan dan Ketertiban dijabat oleh Jenderal Maraden Panggabean. Jenderal Maraden Panggabean, terhadap pas itu terhitung menjabat sebagai Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan.

a. Presiden Soeharto dan Wakil Presiden Sri Sultan Hamengkubuwono IX

Setelah selama lima tahun menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia, baru pada periode kedua, Soeharto memiliki Wakil Presiden Indonesia, yaitu Sri Sultan Hamengkubuwono. Pada kepemimpinan ini, Soeharto membentuk Kabinet Pembangunan II dan masa kerja Kabinet tersebut ialah 28 Maret 1973 – 29 Maret 1978.

Pada Kabinet Pembangunan II, Menteri luar negeri dijabat oleh H. Adam Malik yang di mana beliau akan menjadi Wakil Presiden di periode ketiga kepemimpinan Soeharto. Namun, pada tahun 1977 H.

Adam Malik digantikan oleh Syarif Thayeb. Penggantian Menteri ini dilakukan karena pada tahun 1977, H. Adam Malik diangkat menjadi ketua MPR (Majelis Permusyawaratan Rakyat) / DPR (Dewan Perwakilan Rakyat) Republik Indonesia.

b. Presiden Soeharto dan Wakil Presiden H. Adam Malik

Setelah menjabat sebagai Menteri luar negeri dan ketua MPR/DPR RI maka pada tahun 1978, H. Adam Malik dipercaya oleh Soeharto untuk mengemban jabatan Wakil Presiden Indonesia. Pada masa pemerintahan ini, Soeharto membentuk Kabinet Pembangunan III dengan masa kerja mulai dari 19 Maret 1978 sampai 19 Maret 1983.

Panglima Komando Operasi Keamanan dan Ketertiban dijabat oleh Sudomo. Dalam kabinet ini ada nama yang tercukup terkenal sampai saat ini, yaitu B.J Habibie. Beliau di dalam Kabinet Pembangunan II menjabat sebagai Menteri Riset dan Teknologi.

c. Presiden Soeharto dan Wakil Presiden Umar Wirahadikusumah

Di dua periode sebelumya, Wakil Presiden yang dipilih Soeharto merupakan mantan seorang Menteri di kabinet sebelumnya. Namun, pada Kabinet Pembangunan IV, Soeharto memilih Wakil Presiden bukan dari mantan Menteri, yaitu Umar Wirahadikusumah. Kabinet Pembangunan IV ini mempunyai masa kerja yang dimulai dari 19 Maret 1983 hingga 22 Maret 1988.

Jenderal Sudharmono yang di dalam Kabinet Pembangunan IV menjabat sebagai Menteri/sekretaris negara. Di periode berikutnya, beliau dipercaya oleh Soeharto untuk menjadi Wakil Presiden. Pada kabinet ini, Panglima ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia) dijabat oleh Jenderal L.B. Moerdani.

d. Presiden Soeharto dan Wakil Presiden Sudharmono

Sudharmono menjabat sebagai Wakil Presiden Indonesia yang keempat di masa kepresidenan Soeharto. Soeharto dan Sudharmono membentuk Kabinet Pembangunan V. Kabinet ini memiliki masa kerja mulai dari tanggal 23 Maret 1988 sampai tanggal 17 Maret 1993.

Di dalam Kabinet Pembangunan, B.J. Habibie menjabat kembali sebagai Menteri Negara Riset dan Teknologi/Ketua Badang Pengkajian dan Penerapan Teknologi. Jaksa Agung Sukarton Marmosudjono digantikan oleh Singgih, S.H. setelah beliau meninggal dunia.

e. Presiden Soeharto dan Wakil Presiden Try Sutrisno

Wakil Presiden kelima pada masa kepemimpinan Soeharto ialah Try Sutrisno. Pada masa pemerintahan ini, nama kabinet yang digunakan ialah “Kabinet Pembangunan VI”. Kabinet ini mempunyai masa kerja dari 17 Maret 1993 hingga 14 Maret 1998.

Pada kabinet sebelumnya, Jaksa Agung dijabat oleh Singgih dan pada kabinet selanjutnya (Kabinet Pembangunan VI), Singgih dipercaya oleh Presiden Soeharto untuk kembali menjadi Jaksa Agung.

f. Presiden Soeharto dan Wakil Presiden B.J Habibie

Pada Kabinet Pembangunan VII masa kerjanya hanya dalam hitungan bulan, yaitu 14 Maret 1998 hingga 21 Mei 1998. Hal ini dikarenakan Soeharto mengundurkan diri menjadi Presiden Republik Indonesia dan digantikan oleh B.J. Habibie.

Kesimpulan

Soeharto terlahir dari keluarga yang kurang mampu sehingga ia harus dititipkan beberapa kali ke saudara orang tuanya. Meskipun lahir dari keluarga yang kurang mampu, tetapi Soeharto tetap semangat dalam menjalani hidupnya. Ia merupakan seorang yang pekerja keras sehingga setelah menempuh karir militer ia dapat diangkat menjadi Presiden Indonesia yang kedua.

Soeharto selama menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia, nama kabinet yang sama dan yang dibedakan hanya melalui jilid kabinetnya saja. Hampir setiap Wakil Presiden yang dipilih Soeharto merupakan mantan seorang Menteri