Enam Fakta Menarik Seputar Gajah

Gajah Sumatera adalah spesies yang luar biasa, namun sayangnya berada di ambang kepunahan. Daftar Merah IUCN telah meningkatkan status konservasi spesies ini dari genting menjadi terancam kritis, karena penurunan populasi setidaknya 80% selama 75 tahun terakhir.
Mendukung perlindungan dan konservasi satwa liar di Indonesia, khususnya spesies yang terancam punah, adalah salah satu prinsip dalam komitmen APRIL2030, tujuan operasional utama kami untuk sepuluh tahun ke depan.
Namun, jauh sebelum visi tersebut diluncurkan pada tahun 2020, APRIL telah mengelola Elephant Flying Squad di Perkebunan Ukui di Pelalawan, Riau, yang mulai beroperasi pada tahun 2006. Perkebunan tersebut saat ini memiliki enam ekor gajah yang berpatroli di hutan dan membantu menjauhkan gajah liar dari daerah pemukiman. Perkebunan Ukui merupakan habitat penting bagi gajah liar di Sumatera, tempat mereka tinggal dan berkembang biak.
Elephant Flying Squad terbagi menjadi dua pasukan, satu untuk memantau hutan dan yang satunya untuk membawa gajah liar menjauh dari kota.
APRIL mempekerjakan sembilan pelatih gajah dan sering mendatangkan dokter hewan untuk memeriksa kesehatan gajah.
“Ini adalah tentang menyelamatkan spesies yang terancam punah. Itu adalah tujuan kami saat itu, dan masih menjadi tujuan
kami sekarang,” kata Putra Nicaragua, koordinator departemen lingkungan APRIL.
“Saya senang bisa terhubung dan membantu merawat gajah sumatera, salah satu makhluk yang sekarang bisa dibilang sudah hampir punah. Ini upaya kami untuk membantu gajah bertahan hidup dan membantu masyarakat sekitar dalam menghadapi persoalan gajah-manusia,” lanjutnya.
Tapi, yang terpenting, Putra senang karena pekerjaannya memungkinkan dia untuk belajar lebih banyak tentang spesies menakjubkan ini, banyak ilmu yang menurutnya layak dibagikan sehingga lebih banyak orang akan sadar akan pentingnya menyelamatkan gajah.
Gajah tak akan lupa
Lobus temporal gajah (bagian otak yang terkait dengan memori) lebih besar dan lebih padat daripada manusia, sehingga muncullah pepatah “gajah tidak pernah lupa.”
Cara berkomunikasi unik
Gajah berkomunikasi menggunakan sejumlah cara, termasuk teriakan seperti bunyi terompet (beberapa diantaranya bahkan terlalu rendah untuk didengar manusia), bahasa tubuh, sentuhan, dan bau. Mereka juga dapat berkomunikasi melalui sinyal seismik, yaitu suara yang menyebabkan getaran di bumi dan mendeteksi getaran dengan tulang mereka.
Belalai multi-fungsi
Belalai gajah memiliki sekitar 150.000 unit otot. Gajah Asia dapat mengambil kacang, mengupasnya, membuang kulitnya, dan memakan kacang dengan belalainya, yang mungkin merupakan organ paling sensitif yang terdapat pada hewan mana pun. Gajah mengambil air menggunakan belalainya, yang dapat menampung hingga 8 liter air. Gajah juga memanfaatkan belalainya sebagai alat snorkel saat berenang.
Gading gajah adalah gigi yang panjang
Gading gajah tak lain adalah gigi seri raksasa yang muncul ketika gajah berusia sekitar 2 tahun. Gading terus berkembang sepanjang hidup gajah. Gading digunakan untuk membantu gajah makan ketika harus mengupas kulit kayu dari pohon atau menggali akar, juga untuk bertahan melawan pemangsa. Namun, gading yang menakjubkan ini sering kali menjadi penyebab gajah terancam punah karena terbuat dari zat yang sangat dicari.
Gajah memiliki kulit yang tebal
Kulit gajah memiliki ketebalan rata-rata 2.5 cm di sebagian besar permukaan tubuhnya. Lipatan dan kerutan kulit mereka dapat menyimpan hingga sepuluh kali lebih banyak air daripada lapisan kulit yang rata, membantu mereka dalam menstabilkan suhu tubuh. Mereka menjaga kulit mereka agar tetap bersih dan melindungi diri dari sengatan matahari dengan mandi di debu dan tanah secara teratur.
Gajah tidak pernah berhenti makan
Tergantung musim dan lingkungan tempat mereka hidup, gajah memakan rumput, daun, semak, buah-buahan, dan akar. Gajah akan mengkonsumsi lebih banyak komponen kayu dari pohon dan tumbuhan, seperti ranting, dahan, dan kulit kayu, ketika kondisinya sangat kering. Mereka membutuhkan hingga 150kg makanan setiap hari, yaitu sekitar 375 kaleng kacang panggang. Gajah mengkonsumsi begitu banyak makanan sehingga mereka dapat menghabiskan hingga tiga perempat hari mereka untuk makan.
Gajah adalah mamalia besar dari famili Elephantidae dan ordo Proboscidea. Secara tradisional, terdapat dua spesies yang diakui, yaitu gajah afrika (Loxodonta africana) dan gajah asia (Elephas maximus), walaupun beberapa bukti menunjukkan bahwa gajah semak afrika dan gajah hutan afrika adalah spesies yang berbeda (L. africana dan L. cyclotis). Gajah tersebar di seluruh Afrika sub-Sahara, Asia Selatan, dan Asia Tenggara. Elephantidae adalah satu-satunya famili dari ordo Proboscidea yang masih ada; famili lain yang kini sudah punah termasuk mamut dan mastodon. Gajah afrika jantan merupakan hewan darat terbesar dengan tinggi hingga 4 m dan massa yang juga dapat mencapai 7.000 kg. Gajah memiliki ciri-ciri khusus, dan yang paling mencolok adalah belalai atau proboscis yang digunakan untuk banyak hal, terutama untuk bernapas, menghisap air, dan mengambil benda. Gigi serinya tumbuh menjadi taring yang dapat digunakan sebagai senjata dan alat untuk memindahkan benda atau menggali. Daun telinganya yang besar membantu mengatur suhu tubuh mereka. Gajah afrika memiliki telinga yang lebih besar dan punggung yang cekung, sementara telinga gajah asia lebih kecil dan punggungnya cembung.
Gajah merupakan hewan herbivora yang dapat ditemui di berbagai habitat, seperti sabana, hutan, gurun, dan rawa-rawa. Mereka cenderung berada di dekat air. Gajah dianggap sebagai spesies kunci karena dampaknya terhadap lingkungan. Hewan-hewan lain cenderung menjaga jarak dari gajah, dan predator-predator seperti singa, harimau. hyena, dan anjing liar biasanya hanya menyerang gajah muda. Gajah betina cenderung hidup dalam kelompok keluarga, yang terdiri dari satu betina dengan anak-anaknya atau beberapa betina yang berkerabat beserta anak-anak mereka. Kelompok ini dipimpin oleh individu gajah yang disebut matriark, yang biasanya merupakan betina tertua. Gajah memiliki struktur kelompok fisi-fusi, yaitu ketika kelompok-kelompok keluarga bertemu untuk bersosialisasi. Gajah jantan meninggalkan kelompok keluarganya ketika telah mencapai masa pubertas, dan akan tinggal sendiri atau bersama jantan lainnya. Jantan dewasa biasanya berinteraksi dengan kelompok keluarga ketika sedang mencari pasangan dan memasuki tahap peningkatan testosteron dan agresi yang disebut musth, yang membantu mereka mencapai dominasi dan keberhasilan reproduktif. Anak gajah merupakan pusat perhatian kelompok keluarga dan bergantung pada induknya selama kurang lebih tiga tahun. Gajah dapat hidup selama 70 tahun di alam bebas. Mereka berkomunikasi melalui sentuhan, penglihatan, penciuman, dan suara; gajah juga menggunakan infrasonik dan komunikasi seismik untuk jarak jauh. Kecerdasan gajah telah dibandingkan dengan kecerdasan primata dan cetacea. Mereka tampaknya memiliki kesadaran diri dan menunjukkan empati kepada gajah lain yang hampir atau sudah mati.
Gajah afrika digolongkan sebagai spesies yang rentan oleh International Union for Conservation of Nature (IUCN), sementara gajah asia diklasifikasikan sebagai spesies terancam. Salah satu ancaman terbesar bagi gajah adalah perdagangan gading yang memicu perburuan liar. Ancaman lain adalah kehancuran habitat dan konflik dengan penduduk setempat. Di sisi lain, gajah digunakan sebagai hewan pekerja di Asia. Dulu mereka pernah digunakan untuk perang; kini, gajah sering kali dipertontonkan di kebun binatang dan sirkus. Gajah dapat dengan mudah dikenali dan telah digambarkan dalam seni, cerita rakyat, agama, sastra, dan budaya populer.
Etimologi
Dalam bahasa Indonesia, Jawa, Sunda, Minangkabau, dan Aceh, hewan ini disebut “gajah”. Kata ini sendiri berasal dari bahasa Sanskerta, “gaja“, yang merupakan kata dasar dari kata benda maskulin. Dalam kasus nominativus (sebagai subjek yang berdiri sendiri), “gaja” yang berbentuk tunggal seharusnya mengalami deklinasi menjadi “gajas“, tetapi kata ini kemudian terkena hukum bunyi s di akhir kata dan berubah menjadi h, sehingga menjadi “gajah“. Sementara itu, gajah dikenal dengan sebutan “elephant” dalam bahasa Inggris. Kata “elephant” berasal dari bahasa Latin elephas (bentuk genitivus elephantis), yang merupakan Latinisasi dari kata ἐλέφας, elephas (bentuk genitivus ἐλέφαντος, elephantos) dalam bahasa Yunani; kata tersebut kemungkinan berasal dari bahasa non-Indo-Eropa, yaitu Fenisia. Kata e-re-pa dan e-re-pa-to digunakan di Yunani Mikenai dalam aksara silabis Linear B. Seperti di Yunani Mikenai, Homeros menggunakan kata tersebut untuk menyebut gading, tetapi setelah masa Herodotos istilah tersebut juga merujuk pada hewan gajah. Pendahulu kata “elephant“, yaitu olyfaunt, baru muncul dalam bahasa Inggris Pertengahan sekitar tahun 1300, dan kata tersebut dipinjam dari kata dalam bahasa Prancis Kuno, oliphant (abad ke-12).[3] Di sisi lain, Loxodonta, yang merupakan nama genus gajah afrika, berasal dari bahasa Yunani yang berarti “gigi bersisi miring”.
Baca Juga : https://www.botanicayoruba7.com/rusa-timor-ikon-hari-cinta-puspa-dan-satwa-tahun-2020/