Bagi sebagian kalangan masyarakat, ular adalah binatang yang menakutkan sehingga seringkali harus dimusnahkan ketika menemukannya. Sebagian jenis ular memang perlu diwaspadai karena berbisa, namun tidak sedikit juga yang sebenarnya ular falak berpotensi sebagai pembasmi hama. Misalnya ular sawah yang memangsa hama tikus.
Di Kawasan perkotaan yang padat oleh pemukiman penduduk, ular seringkali muncul di rumah-rumah penduduk. Hal tersebut terjadi karena habitat ular semakin berkurang sehingga mereka merambah area pemukiman manusia.
Ular jenis-jenis apa saja yang sering muncul di kawasan pemukiman dan apakah semuanya berbahaya bagi manusia? Yuk, simak tulisan berikut!
- Ular hijau buntut merah(Trimeresurus albolabris)
Atau biasa disebut dengan viper hijau, adalah sejenis ular berbisa yang berbahaya. Trimeresurus albolabris memiliki ular weling nama lokal antara lain; ular bangkai laut, oray bungka, oray majapait (Sunda), ula bangka laut, ula gadung luwuk (Jawa), ulah sanggit (Lombok), sawa tarihu (Bima Dompu) dan lain-lain. Dalam Bahasa Inggris disebut dengan white lipped tree viper atau white lipped pit viper karena bibirnya berwarna keputih-putihan. Atau kadang juga disebut dengan bamboo pit viper karena kebiasaannya berada pada rumpun bamboo.
Klasifikasi Taksonomi
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Ordo : Reptilia
Subordo : Squamata
Famili : Serpentes
Subfamili : Viperidae
Genus : Crotalinae
Spesies : Trimeresurus albolabris (Gray, 1842)
Ciri-Ciri Morfologi
Merupakan ular yang sedang besarnya. Agak gemuk pendek ular piton dan tidak begitu lincah. Kepala tampak jelas menjendol besar, seolah-olah seperti seekor kodok yang tertancap di atas leher yang mengecil. Memiliki lesung pipit (loreal pit) yang besar dan menyolok di belakang lubang hidung di depan mata. Sepasang taringnya besar dan panjang yang bisa dilipat, terdapat di bagian depan rahang atas, tertutup oleh selaput lendir mulut.
Panjang ular jantan sekitar 60 cm. Sedangkan ular betina lebih panjang, sekitar 80 cm. Ekornya pendek kecil, panjangnya sekitar 10-13 cm, tetapi kuat memegang ranting yang ditempatinya (prehensile tail).
Kepala dan tubuh bagian atas (dorsal) berwarna hijau, dengan bibir keputihan atau kekuningan (albolabris; albus, putih dan labrum, bibir). Terdapat warna belang-belang putih dan hitam pada kulit di bawah sisik pada tubuh bagian depan, yang baru tampak bila ular merasa terancam. Sisi bawah tubuh (ventral) kuning terang sampai kuning pucat atau kehijauan. Pada hewan jantan dengan garis kuning yang lebih tua (atau lebih nyata) pada batas dengan warna hijau (garis ventrolateral). Sisi atas ekor berwarna kemerahan, seperti memakai lipstick karena itu sering juga disebut ular hijau buntut merah.
Sisi atas kepalanya tertutup oleh banyak sisik kecil ular sawah yang letaknya tidak beraturan (tidak membentuk pola simetris). Melintasi atas kepalanya di antara kedua matanya terdapat sekitar 8-12 deret sisik kecil, tidak termasuk perisai supraocular yang sempit memanjang yang kadang-kadang membesar di atas masing-masing bola matanya. Perisai labial (bibir) atas 10-12 buah, yang paling depan Bersatu Sebagian atau seluruhnya dengan perisai nasal (hidung).
Sisik-sisik dorsal kasar berlunas, terususn dalam 21 deret (kadang-kadang 19). Sisik ventral 155-156 buah pada hewan jantan dan 152-176 pada hewan betina. Sisik subcaudal (di bawah ekor) 60-72 pasang pada ular jantan dan 49-66 pasang pada ular betina.
Kebiasaan
Ular hijau buntut merah bersifat nokturnal atau aktif pada malam hari, namun tidak begitu lincah. Ular ini kerap tampak menjalar lambat-lambat di antara ranting atau di atas lantai hutan. Namun apabila terancam, dapat juga bergerak cepat dan gesit. Ular ini menyukai hutan bamboo dan belukar yang tidak jauh dari sungai. Sering juga ditemukan berdiam di antara daun-daun dan ranting semak atau pohon kecil sampai dengan 3 m di atas tanah. Tidak jarang pula ditemukan di kebun atau pekarangan dekat rumah.
Ular ini memangsa kodok, burung dan mamalia kecil, juga kadal. Saat berburu dai dalam gelap, sangat dibantu oleh indra penghidu bahang (panas) tubuh yang terletak pada lesung pipitnya.
Pada siang hari, ular ini menjadi lembam dan tidur bergulung-gulung di cabang pohon, semak atau rimbunan ranting bamboo. Sering juga ditemukan ular-ular kesiangan yang kemudian tidur sekenanya di dekat pemukiman orang, misalnya di tumpukan kayu atau di sudut-sudut para-para di belakang rumah.
Ular hijau buntut merah bersifat ovovivipar, yaitu telur-telurnya menetas semasa masih di dalam perut dan keluar sebagai anak-anak ular, sehingga seakan-akan seperti melahirkan. Anaknya dapat mencapai lebih dari 25 ekor sekali bertelur. Anak-anak ini akan turun ke lantai hutan dan vegetasi bawah untuk memburu kodok yang menjadi makanannya.
Bisa dan Akibat Gigitan
Ular hijau buntut merah termasuk ular yang agrsif dan mudah mengigit. Ular ini penyumbang kasus gigitan ular terbanyak. Menurut penelitian, 50% kasus gigitan ular di Indonesia, disebabkan oleh ular jenis ini. Sekitar 2,4% gigitan berakibat fatal.
Seperti umumnya viper, ular jenis ini memiliki bisa yang berbahaya. Bisa disuntikkan ular kobra ke tubuh korban melalui sepasang taring besar melengkung yang beralur di tengahnya. Meski demikian, tidak semua gigitan ular disertai dengan pengeluaran bisa. Gigitan kering yang tidak disertai bisa biasanya tidak membahayakan dan hanya merupakan gigitan peringatan kepada yang mengganggunya.
Bisa ular jenis ini bersifat hemotoksin yang merusak system peredaran darah. Gigitan ular ini pada manusia menimbulkan rasa sakit yang hebat dan kerusakan jaringan kulit di sekitar luka. Awalnya jaringan akan membengkak dan Sebagian berwarna merah gelap, pertanda terjadi pendarahan di bawah kulit di sekitar luka. Kemudian menyusul rasa kaku dan nyeri yang meluas perlahan-lahan ke seluruh anggota tubuh yang tergigit. Rasa nyeri terutama terjadi pada bagian persendian antara bagian yang terluka dengan yang jantung. Apabila tidak segera ditangani maka dapat berakibat fatal.
Baca Juga : https://www.botanicayoruba7.com/jenis-kura-kura/